Materi Akademi


Apa itu Radio?
Radio adalah media auditif, yang hanya bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio.
Apa itu Radio Siaran?
Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002: kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Karakteristik Radio
Theater of Mind
Personal
Sound Only
Karakter lainnya: At Once (cepat/segera/seketika), heard once (didengar sepintas), secondary medium/half ears media (teman dalam aktivitas), murah, mobile/portable (mudah dibawa/dipindahkan), lokal (factor kedekatan), linear.
Keunggulan Radio versi Kenneth Roman:
Kemampuan untuk mengembangkan imajinasi pendengar (Theater of Mind).
Kemampuan selektivitas memilah program dan segmen khalayak.
Fleksibel karena mudah dibawa kemanapun.
Personal sehingga mampu menjadi sahabat pendengar.
Jenis-jenis Radio Siaran
Berdasarkan Frekuensi:
Frekuensi Modulasi (FM) bergerak pada frekuensi 87 MHz sampai 108 MHz.
Amplitudo Modulasi (AM) atau Medium Wave (MW) berada pada jalur 540 sampai 1600 KHz.
Short Wave (SW) mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari 1600 KHz sampai 30.000 KHz.
Berdasarkan Penyelenggara:
Radio milik negara
Radio publik
Radio swasta/komersial
Radio komunitas (kampus/LSM)
Radio asing
Jenis Program Radio
Ada dua kategori besar:
Berita
-Current affair
-Feature
-Interview, dll.
Hiburan
- Musik
-Humor
-Kuis, dll.
Materi Pendukung
Iklan
-Iklan komersial
-Ad-lib
-ILM/PSA
-Promo Program, dll.
* Jingle
-Station ID
-Cue opening/closing program
-Bridging, dll.


Produksi Berita Radio 2

Pertemuan kedua
Karakter Radio
Lebih jauh ttg Berita
Tim Redaksi
Karakteristik Radio Siaran
nAudio Only
nTheater of Mind
nPersonal
nCepat
nSecondary Medium
nKarakter lainnya (portabel, murah, interaktif, jangkauan… dll)
Nilai Berita
nKonflik
nUnik
nKebaruan
nKedekatan
nKepopuleran
nHuman Interest
nDll
Syarat-syarat Berita
nAccuracy (akurat)
nBrevity (ringkas)
nClarity (jelas)
nSimplicity (sederhana/ mudah dicerna)
nImpartial (tidak memihak/berimbang)
nHonesty (jujur/ tidak berbohong)
Faktor Pengaruhi Berita
nDeadline (jadi terburu-buru, akurat?)
nDurasi (waktu pendek, kejelasan?)
nMudah/sulitnya sebuah berita diperoleh (biasanya pilih yang mudah, nilai beritanya?)
nKesukaan pribadi (subjektif, impartial?)
nKedekatan dgn sumber (subjektif, impartial?)
nKompetisi internal/eksternal
Tim Produksi (Redaksi) Berita
nPemimpin Redaksi (Program Director/News Director)
nRedaktur (Produser)
nKoordinator Liputan
nReporter
nPenulis Naskah/Skrip
nOperator produksi
Syarat Jurnalis Radio
  • Punya Vitalitas
  • Good Attitude
  • Jujur
  • Wawasan Luas dan Curious
Tugas Jurnalis
Menggali Informasi
Melaporkan Fakta
Menyederhanakan Hal Rumit
Menyampaikan Pertanyaan Netral.
Tugas Penulis Naskah
Memilih dan Menyaring Informasi
Menyederhanakan Hal Rumit
Menulis dengan Netral
Proses Produksi Berita
nPersiapan (Mau buat apa? Rapat Redaksi)
nPerencanaan (Penjabaran ide, penentuan narasumber, musik, backsound, insert dll)
nEksekusi (Kerangka waktu dan pelaksanaan, produksi suara dan naskah – di dalam dan di luar studio)
nOn air
nEvaluasi
Contoh Rencana Program
Tema: Anak Jalanan
Angle: Memotret kehidupan anak jalanan di sekitar pusat kekuasaan (Ring satu sekitar Monas – Istana)
Bentuk Program: Feature
Durasi: 15 Menit
Pengerjaan: 2 hari
Narasumber: Anak jalanan, pengguna jalan, orang istana, pengamat.
Reporter: Endah
Produser: Tirza
Penjabaran lebih rinci tentang rencana program, terdapat dalam TOR (term of Reference)


Produksi Siaran Radio  2

Pertemuan Kedua:
Tim Produksi (Hiburan/News)
Peralatan Produksi
Suara dan Musik Radio (SFX)
Organisasi Radio
Pemilik
General Manager
Station Manager – Marketing/Sales/Keuangan
Program Director – Produser – Penyiar – Reporter – Penulis Naskah
Music Direktor
Tim Produksi
Hiburan/Musik:
Produser
Penulis Naskah/Riset
Direktur Musik (Music Director)
Operator Produksi
News:
Produser
Reporter
Penulis Naskah
Operator Produksi
Tugas Tim Produksi
Produser:
Bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan.
Menyediakan produk tepat pada waktunya.
Mengkoordinir tim produksi.
Mengatur alur kerja tim produksi.
Menyediakan semua keperluan tim produksi.
Menjadi jembatan tim dengan pihak lain.
Penulis Naskah/Riset:
Menyediakan naskah sebagai bahan produksi/bahan siaran.
Menyediakan bahan tepat pada waktunya.
Memastikan keakuratan data dan pengayaan data melalui riset.
Operator Produksi:
Memproduksi sesuai perintah produser.
Memiksing bahan mentah menjadi sebuah bahan layak siar.
Mengerjakan dalam tempo sesuai keperluan tim.
Peralatan Produksi
Tape Recorder
Headphone/earphone
Komputer editing dengan software suara (cool edit) dan speaker.
Studio rekaman (studio berisi mikser, mike, speaker dan komputer bersoftware cool edit)
Peralatan lengkap di studio
Microphone
Audio Console (mixing console)
Tape Recorder
Real to real tape machine
CD (compact disc) player/writer
DVD (digital compact disc) player
Turntable (piringan hitam)
Power Amplifier (monitor)
Headphone
Computer
Output Radio (Suara dan Musik)
Rumus 3S + 1W
Song
Sound
Silent (kenapa silent masuk kategori output?)
Word
Yang paling penting adalah bagaimana mengelola semua output tersebut.
Tahap-tahap Produksi
Pra Produksi (Persiapan dan Perencanaan)
Produksi (Membuat rundown acara, Menulis naskah, Take Voice dan Miksing)
On air (Memastikan pengudaraan program dan mendengarkan)
Pasca Produksi (Evaluasi dan perbaikan)



CARA MEMBUAT STASIUN RADIO
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. ketahui segmen pendengar
  • Siapa pendengarnya? anak-anak, remaja,dewasa, orang tua atau campuran
  • Bagaimana kebiasaan mereka? waktu mendengarkan siaran, 
  • Apa kesukaan utama mereka? berita, lagu ? ngobrol, dll

Ini penting untuk mendapatkan roh atau jiwa dari sebuah radio.
2. Fahami format siarannya. Apakah hanya musik? Atau digabung dengan news? Musiknya musik apa? Dll. Ini penting untuk mengetahui karakter dari sebuah radio.
3. Ketahui dengan pasti dan tepat, apa identitas radionya? Apakah radio ini mempunyai tagline? Moto? Atau sejenisnya? Jangan sampai salah menampilkan sesuatu yang bertentangan dengan tagline atau moto radio tersebut.
4. Rancang kalimat yang singkat, jelas dan tepat sasaran sesuai dengan point 1,2 dan 3.
5. Ingat, station Id’s adalah identitas radio. Jangan sampai Id’s justru tidak menunjukkan identitas radio tersebut. Di Indonesia kebanyakan radio mengutamakan nama radionya ketimbang frekuensi. Sedangkan di Amerika, kebanyakan radio lebih mengutamakan frekuensi daripada nama radio. Kenapa? Sebenarnya percuma saja menyebutkan nama radio, bila pendengar tidak pernah ingat frekuensinya. Jadi yang lebih penting adalah frekuensinya, baru kemudian nama radionya. Ada juga radio yang menunjukkan karakter dan identitasnya dengan sangat gamblang melalui Id’s-nya tersebut. Misalnya, SMART FM Jakarta 95,9 (silahkah dengar setiap selesai berita pada menit ke-5 setiap jam). Id’s utama mereka panjangnya lebih dari 1 menit, berisi lagu SPIRIT of INDONESIA. Itulah identitas mereka – jelas dan gamblang – yang belum pernah saya temukan di radio lain. Radio lain cenderung malu-malu menunjukkan Id’snya dengan cara menampilkan sesuatu yang netral: Menyebut nama radio dan frekuensi. That’s it. Tidak lebih tidak kurang. Sebagian menambahkannya dengan tempat dari mana radio itu mengudara, seperti PAS FM yang bangga dengan lokasinya di Gajah Mada Plaza lantai 26. Atau Ramako FM yang senang mengudara dari Wisma BTN.
6. Pilih musik instrumentalia (atau bikin sendiri lebih baik) yang sesuai dengan point 1 dan 2, serta sesuai dengan waktu ditayangkannya. Apakah ditayangkan pagi, siang, sore dan malam? Atau cocok untuk semua waktu tersebut. Setiap radio punya banyak ragam Id’s yang diputar sesuai waktu atau momentnya.
7. Berkreasilah
Mana yang lebih baik, membuat Id’s sendiri atau meminta pihak lain membuatkannya?
A. Bila membuat kepada pihak lain, biaya yang dibutuhkan lumayan besar. Banyak radio yang memesan Id’s ke Amerika Serikat atau negara lain dan rela mengeluarkan uang Rp puluhan bahkan ratusan juta. Kalau pun tidak ke pihak luar negeri, para pembuat Id’s lokal juga mengenakan biaya yang tidak sedikit. Biasanya mereka para komposer terkenal, sehingga tarifnya cendering tinggi, berkisar Rp puluhan juta. Sedangkan membuat Id’s sendiri, biayanya BISA DIATUR.
B. Bila membuat kepada pihak lain, sering terjadi Id’s Anda mungkin sama dengan Id’s radio lain. Radio lain tersebut entah dimana, mungkin masih di Indonesia tapi di daerah yang jauh. Kalau Anda di Jakarta, mungkin Id’s yang sama (musik dan iramanya) ada di Jember atau di Medan atau di Balikpapan. Mungkin juga di negara lain. Pembuat Id’s cukup pintar menyimpan tenaga dan kreativitasnya. Kalau membuat sendiri, dijamin Id’s Anda berbeda dengan radio lain.
C. Belum tentu roh dan karakter radio Anda tepat dengan Id’s yang dibuat pihak lain. Kebangetan bila Anda bikin sendiri lalu roh dan karakter Anda sendiri tidak terpenuhi.
D. Bila mau berubah format atau perubahan lainnya, maka penggantian Id’s akan lebh rumit dan butuh biaya lagi. Semua bisa diatur jika membuat sendiri Id’s radio Anda.
E. Pilihan ada ditangan Anda.



Mengenal Berbagai Tune dalam Program Radio

  1. Opening Tune atau Signature Tune tanpa vokal.
  2. Opening Tune atau Siganture Tune dengan vokal.
Contoh naskah OT/ST dengan vokal:
”Warta Berita… Kumpulan Berita Terbaru Hari ini”
”Info pagi… Info pagi…”
”Breaking News…”
“News Update…”
BRIDGING TUNE:
  1. BT tanpa vokal.
  2. BT dengan vokal.
Bridging biasanya memiliki musik yang sama dengan opening tune, tapi dengan durasi yang lebih pendek. Hanya sekitar 5 detik. Tapi terbuka juga kemungkinan menggunakan musik yang berbeda tapi tetap satu warna.
Penggunaan bridging untuk penutup atau pembuka setiap segmen.
Contoh naskah BT dengan vokal:
”Elshinta News and Talk”
”News Update”
Bridging penutup segment:
“News Update akan segera kembali…”
Bridging pembuka segment:
“Kembali dalam News Update…”
CLOSING TUNE:
Seperti Opening Tune, Closing tune punya durasi 10 – 15 detik. Musiknya bisa sama atau berbeda dengan opening tune. Kebanyakan, sama dengan opening.
  1. CT tanpa vokal.
  2. CT dengan vokal.
Contoh naskah CT sama dengan naskah Opening Tune.
CONTINUITY TUNE:
Sebuah tune yang jarang digunakan di radio, tapi sudah sangat jamak dilakukan di televisi. Di TV, biasanya dalam bentuk display acara apa yang akan tayang berikutnya, setelah acara yang satu selesai.
Di radio, acara selanjutnya seringkali tidak diketahui. Hanya pendengar setia yang tahu, acara apa berikutnya. Sebagian radio mulai melakukan pemberitahuan dalam bentuk teaser oleh penyiar acara sebelumnya.
Continuity Tune harus berisi vokal. Musinya pun harus khas yang berbeda dengan tune yang lain.
Contoh naskah CT:
”Baru saja Anda simak Warta Berita, selanjutnya segera Anda nikmati acara MUSIK PAGI, bersama….”
”Sebentar lagi kita ikuti Talkshow Interaktif bersama Wimar Witoelar”
Biasanya CONTINUITY TUNE muncul jika acaranya bersponsor.
Contoh:
“Segera Anda simak talkshow interaktif tentang susu bayi yang dipersembahkan oleh Dancow, selamat mengikuti…”
Continuity Tune muncul sebelum Opening Tune/Signature Tune.
SMASH TUNE:
Sebuah musik singkat yang berfungsi sebagai pemisah antara satu informasi ke informasi berikutnya. Atau antara vokal dengan musik, atau antara tema yang berbeda. Fungsinya sebagai penanda bahwa penyiar menyampaikan sesuatu yang berbeda. Fungsi lain memberikan variasi kepada pendengar agar tidak jenuh.
Durasi hanya sekitar 2 sampai 3 detik. Berupa instrument musik seperti bunyi drum, atau campuran drum dengan instrumen musik lainnya.
Fungsinya: untuk menandai perubahan tema atau isi siaran dan menarik perhatian pendengar.



INTERVIEW UNTUK REPORTER RADIO

Berdasarkan pengalaman penulis dan dari berbagai sumber bacaan.
PERSIAPAN
    1. KUASAI MASALAH.
    Anda melakukan bunuh diri jika melakukan interview tanpa menguasai permasalahannya. Banyak narasumber yang punya hobi bertanya balik kepada interviewer. Jika Anda tidak bisa menjawab, wawancara pasti berakhir sebelum Anda memulainya. Penguasaan masalah juga penting untuk menghasilkan wawancara yang bermutu. Penguasaan masalah akan menghasilkan pertanyaan bermutu dan sesuai dengan pertanyaan yang diinginkan oleh pendengar.
    2. PELAJARI SOSOK NARASUMBER.
      Bukan hanya masalahnya yang harus dikuasai, sosok narasumbernya pun harus diketahui secara pasti. Bagaimana mungkin Anda akan percaya pada ucapan seseorang jika Anda tidak tahu persis siapa yang diwawancara. Selain itu, banyak manfaat jika kita mengenal lebih dalam tentang sosok narasumber. Dalam banyak kasus, pengetahuan kita tentang narasumber sering menjadi ice breaker (pemecah kekakuan atau kebuntuan) yang luar biasa. Kita harus tahu hobinya, latar belakang pekerjaan/pendidikan, agama, keluarganya dll.
      3. PELAJARI LOKASI INTERVIEW
        Lokasi interview sangat penting dipelajari oleh reporter radio dan juga televisi. Buat wartawan cetak bisa jadi tidak terlalu penting. Dalam banyak kasus, reporter radio mengalami kesulitan karena salah menentukan lokasi interview. Karena misalnya, terlalu ramai, ruangannya berdengung dll. Ingat, radio butuh suara yang bagus.
        4. PERSIAPKAN ALAT PEREKAM DENGAN SEMPURNA
          Alat perekam adalah istri pertama reporter radio, sama seperti kamera untuk fotografer dan bedil untuk tentara. Oleh karena itu, alat perekam harus dipersiapkan secara sempurna. Jangan sampai terjadi kekurangan atau kesalahan alat perekam sehingga interview batal. Baterei dan kaset/cd misalnya, harus diperhitungkan berapa lama daya tahannya. Kalau menggunakan perekam digital, berapa banyak kapasitas harddisknya.
          5. BUAT DAFTAR PERTANYAAN
            Jangan pernah sombong mengatakan ”Semua pertanyaan sudah ada di kepala saya!” Ingatan manusia ada batasnya. Bahkan pena yang sudah melemah sekalipun, tetap lebih baik dibanding ingatan yang paling hebat. Demikian pepatah China mengatakan. Jadi buatlah daftar pertanyaan. Paling tidak garis besar atau pointernya saja.
            SELAMA WAWANCARA
              1. PERHATIKAN TEMPAT WAWANCARA.
              Lagi-lagi hal pertama yang harus diperhatikan adalah lokasi wawancara. Ini sangat penting untuk seorang reporter radio, karena kondisi lokasi berpengaruh terhadap interview. Lihatlah apakah ada bunyi-bunyian yang mengganggu seperti suara kipas angin atau AC. Jika lokasi wawancara adalah kantor atau rumah narasumber, selain bunyi-bunyian itu perhatikan juga aksesoris ruangan, apakah ada yang menarik perhatian. Mungkin saja aksesoris/pajangan seperti lukisan menjadi ice breaker dalam interview.
              2. PERIKSA KEMBALI ALAT PEREKAM.
                Meski sudah dipersiapkan secara sempurna sebelumnya, kita harus kembali memeriksa alat perekam sekaligus mulai mengoperasikannya. Jangan pernah sok yakin semuanya sudah beres, tanpa sebelumnya mengecek kembali. Banyak kasus, penyepelean semacam itu menimbulkan penyesalan tak berguna.
                3. GUNAKAN HEADPHONE/EARPHONE.
                  Standar interview di lapangan untuk reporter radio adalah gunakan readphone (lebih dianjurkan) atau earphone. Seperti itu kamera televisi yang ada tanda bahwa objek di depannya terekam dengan baik, maka alat perekam juga harus demikian. Penanda bahwa suara terekam dengan baik adalah dengan mendengarnya melalui headphone. Apakah suara narasumber sudah cukup besar? Atau terlalu besar? Juga untuk mengetahui secara pasti, bahwa rekaman ini berjalan normal.
                  4. PERHATIKAN KONDISI NARASUMBER.
                    Ketika janjian wawancara, kondisi narasumber sehat walafiat. Siapa yang tahu pas wawancara ternyata kurang sehat. Misalnya flu ringan, sehingga suaranya menjadi sengau. Tentu ini berpengaruh karena radio adalah suara. Atau dia beberapa telepon genggam yang berpotensi mengganggu selama wawancara. Mintalah dia untuk mematikannya… JANGAN LUPA MATIKAN PULA HP KITA SENDIRI.
                    5. AJUKAN PERTANYAAN MUDAH TERLEBIH DAHULU UNTUK INTERVIEW PANJANG (MENGGALI INFORMASI) DAN SIMPAN PERTANYAAN PALING SULIT DI AKHIR WAWANCARA.
                      Jika kita interview untuk penggalian informasi dan tidak dilakukan secara live, maka inilah yang harus dilakukan. Kita harus sebanyak mungkin mendapatkan informasi dari narasumber. Jika pertanyaan sulit diajukan di depan, maka berisiko besar. Mungkin saja narasumber tidak terima dengan pertanyaan sulit itu dan marah. Akibatnya, pertanyaan lain tidak sempat disampaikan. Masih beruntung jika dia tidak marah dan hanya mengatakan, ”NO COMMENT!”
                      6. AJUKAN PERTANYAAN PALING MENARIK DI AWAL JIKA INTERVIEW LIVE DENGAN DURASI TERBATAS.
                        Berbeda dengan interview di lapangan dan tidak live, maka interview live justru harus mengajukan pertanyaan paling menarik di awal. Pertanyaan sulit mungkin disampaikan ditengah-tengah. Wawancara live harus memerhatikan unsur-unsur pertunjukan, seperti alurnya. Kapan harus klimaks kapan antiklimaks dan seterusnya.
                        7. JANGAN PERNAH MENGAJUKAN DUA PERTANYAAN SEKALIGUS.
                          Hal ini masih sering dilakukan oleh reporter pemula. Memang ini sifat dari reporter pemula yang belum tahu ilmu interview. Kadang sok tahu… adalah bodoh mengajukan dua pertanyaan sekaligus dalam satu kesempatan. Sebagus apapun dua pertanyaan tersebut, jika disampaikan sekaligus maka pertanyaan kedua-lah yang akan dijawab narasumber. Jadi pertanyaan pertamanya mubazir.
                          8. PERTANYAAN TERBAIK KADANG HANYA SATU KATA, YAITU: KENAPA? ATAU BAGAIMANA?
                            Penyakit reporter radio dengan tujuan agar terlihat pintar (padahal sebaliknya) adalah mengajukan pertanyaan panjang. Dia memberikan beberapa fakta dulu (kadang beropini) barulah pertanyaan intinya di belakang. Ini bukan bentuk pertanyaan yang baik. Pertanyaan terbaik justru kadang hanya satu kata yaitu MENGAPA? Makanya ”Tanya kenapa?”kata sebuah iklan.
                            9. SETARAKAN DIRI DENGAN NARASUMBER.
                              Ini ada kaitannya dengan budaya TIMUR kita. Setiap kali bertemu dengan orang lebih tinggi pangkat dan kedudukannya, maka kita harus menghormatinya sedikit lebih banyak dibanding kepada orang biasa. Jika Anda seorang jurnalis, buang sifat ini. Anda mewakili pendengar dalam jumlah banyak. Kondisi mereka beragam, dan mungkin ada juga yang lebih tinggi pangkat dan kedudukannya dibanding narasumber tersebut. Jadi Anda bukan Anda sendiri ketika bertugas sebagai interviewer. Salah satu tanda penyetaraan terlihat dari sapaan, yaitu gunakan kata Anda… bukan Tuan, Nyonya atau Bapak.
                              10. JANGAN BURU-BURU MATIKAN ALAT PEREKAM.
                                Biasalah, sifat buruk kita adalah maunya buru-buru dan instant, termasuk ketika interview seseorang. Belum selesai wawancara (= berpisah dengan narasumber) kita sudah buru-buru mematikan alat perekam. Stop! Jangan lakukan itu lagi. Selama Anda masih berada bersama narasumber, alat perekam tetap ’on’. Siapa tahu ucapan terbaik dari narasumber justru muncul pada saat itu, saat ketika alat perekam biasanya sudah dimatikan.
                                SETELAH WAWANCARA.
                                  1. CATAT NAMA NARASUMBER DAN IDENTITAS LENGKAPNYA.
                                  Ini kadang disepelekan. Padahal nama seseorang sudah dibuat selamatannya ketika masih kecil. Jadi jangan pernah salah menyebut atau mengeja nama narasumber. Salah satu caranya dengan mencatat namanya langsung dari orangnya. Tanyakan cara pelafalannya seperti apa, jika namanya agak unik. Catat nomor kontaknya, agar database kita semakin banyak dan mudah menghubunginya kembali di kemudian hari. Siapa hasil wawancara hari itu masih kurang memuaskan.
                                  2. PERIKSA HASIL REKAMAN SAAT ITU JUGA.
                                    Periksa hasil rekaman saat itu juga, ketika narasumber masih bersama Anda. Akan menyita waktu dan tenaga, jika hasil wawancara diketahui cacat setelah berpisah dengan narasumber.
                                    3. UCAPKAN TERIMA KASIH DAN MINTA KESEDIAAN UNTUK WAWANCARA BERIKUTNYA.
                                      Standar sekali ya… ucapan terima kasih. Ah biasalah ini. Tapi kadang, kita lupa melakukannya dengan ikhlas. Sering agak terpaksa. Jika narasumber mengetahui kondisi Anda seperti itu, jangan harap dia mau kembali diwawancarai.




                                      Tahap-tahap Pembuatan Feature Radio

                                      1. Tentukan tema. Semua masalah bisa diangkat menjadi feature radio. Mulai dari masalah sosial, personal, politik, ekonomi, budaya dll. Tidak ada batasan tema apa yang bisa atau tidak bisa dijadikan bahan feature. Yang penting, bisa disajikan dengan sangat menarik!
                                      2. Tentukan sudut pandang (angle). Sebuah tema bisa diulas dari 1001 macam sudut pandang. Kreativitas pembuatan feature berawal dari pemilihan tema dan penentuan sudut pandang.
                                      3. Pastikan data-data pendukung bisa dikumpulkan (riset). Riset ini menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah liputan. Apalagi feature yang berdurasi lebih panjang dibanding program informasi lainnya. Di negara maju, radio-radio menampilkan feature berdurasi rata-rata 30 menit sampai 60 menit. Di Indonesia, sebagian besar baru mampu membuat feature dengan durasi 5 – 10 menit saja.
                                      4. Tentukan narasumber dan waktu wawancara. Pastikan narasumber adalah sumbe utama dalam tema ini bukan narasumber kedua atau malah hanya pengamat saja (narasumber ketiga). Narasumber akan berpengaruh terhadap bobot feature Anda.
                                      5. Siapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Jangan pernah sekali-sekali sombong dengan tidak menyiapkan daftar pertanyaan.
                                      6. Pilih suara-suara atau bunyi atau musik yang akan dijadikan pelengkap feature. Tentukan sejak awal, bahkan sebelum naskah dibuat.
                                      7. Pastikan suara/bunyi dan musik tersebut dapat diperoleh. Jangan pernah mencampuradukan suara/bunyi yang dibuat-buat seolah asli dari narasumber/peristiwa. Misalnya kejadian bom Bali, Anda memilih bunyi bom yang mudah dicari di internet atau dari film. Bila suara bom itu yang Anda pilih tanpa memberitahu pendengar bahwa suara itu bukan suara bom Bali, maka Anda telah membohongi publik. Demikian pula pemilihan musik latar feature tersebut, tidak boleh sembarangan.
                                      8. Kumpulkan seluruh bahan-bahan selengkap mungkin.
                                      9. Buatlah naskah berdasarkan tema, sudut pandang, hasil riset, hasil wawancara dan suara/bunyi pendukung. Kadang ada juga yang sudah membuat naskah (draft/naskah kasar) terlebih dahulu.
                                      10. Pilih insert (potongan suara narasumber). Pastikan insert yang terpilih adalah yang terbaik (patokannya: penting atau sangat menarik).
                                      11. Panjang insert harus dibatasi. Patokannya: begitu kuping merasa bosan mendengar suara insert itu, segera potong. Biasanya paling panjang 1 menit. Rata-rata 30 detik saja.
                                      12. Bacalah keras-keras naskah yang sudah dibuat. Jangan pernah merasa naskah Anda sudah sempurna. Pasti akan ada revisi dan perbaikan. Dibaca keras berfungsi sebagai: 1. Editing buat telinga karena begitu telinga mengatakan tidak enak didengar berarti naskah itu harus diganti. 2. Sharing kepada orang disekitar Anda, yang diharapkan akan memberikan feedback kalau naskah Anda keliru.
                                      13. Rekam suara (voice over). Pilih suara yang cocok untuk feature tersebut. Tidak semua narator cocok untuk feature dengan tema tertentu (misalnya tema yang bersifat sedih, gembira atau sinis).
                                      14. Gabungkan (miksing) vo dengan insert dan suara pendukung.
                                      15. Berkreasilah! Manjakan telinga pendengar Anda dengan feature tersebut. Seorang yang bersifat perfeksionis pasti akan lama memiksing sebuah karya feature radio. Seperti melukis, membuat feature radio juga membutuhkan pengerahan daya dan upaya yang kreatif. Tapi ingat, setiap feature radio selalu dibatasi oleh durasi dan deadline!